PENGARUH E-PAYMENT, SOCIAL INFLUENCE, DAN POSITIVE EMOTION TERHADAP PERILAKU IMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA MUSLIM UNIVERSITAS SILIWANGI

Perkembangan teknologi digital dan meningkatnya penggunaan e-commerce telah mengubah pola konsumsi masyarakat, termasuk di kalangan mahasiswa. Salah satu fenomena yang menonjol adalah perilaku pembelian impulsif (impulsive buying), yakni keputusan membeli secara spontan tanpa perencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh e-payment, social influence, dan positive emotion terhadap perilaku impulsive buying pada mahasiswa Muslim Universitas Siliwangi. Perilaku impulsive buying dalam penelitian ini menjadi variabel dependen, sedangkan e-payment (X1), social influence (X2), dan positive emotion (X3) merupakan variabel independen yang dipilih berdasarkan relevansinya terhadap fenomena pembelian di era digital. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional dan teknik analisis data Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS) melalui bantuan software SmartPLS 3.0. Analisis dilakukan melalui dua tahap utama, yaitu evaluasi outer model untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, serta inner model untuk menguji hubungan antar variabel menggunakan nilai R-square, path coefficient, dan effect size. Uji hipotesis dilakukan dengan metode bootstrapping, dengan ketentuan signifikan pada nilai t-statistik > 1,96 dan p-value < 0,05. Pendekatan ini dipilih untuk mengidentifikasi pengaruh e-payment, social influence, dan positive emotion terhadap perilaku impulsive buying secara komprehensif dan prediktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa electronic payment dan social influence berpengaruh signifikan terhadap perilaku impulsive buying pada mahasiswa Universitas Siliwangi. Sistem pembayaran digital yang cepat dan mudah menurunkan kewaspadaan konsumen terhadap pengeluaran, sehingga memicu keputusan pembelian yang spontan. Sementara itu, pengaruh sosial dari teman sebaya, keluarga, dan figur publik baik secara langsung maupun melalui media digital mendorong individu untuk meniru gaya hidup konsumtif demi validasi sosial. Namun, positive emotion tidak berpengaruh signifikan terhadap impulsive buying, karena individu dengan emosi positif cenderung lebih rasional dan mampu mengendalikan diri dalam pengambilan keputusan belanja. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh electronic payment dan social influence terhadap impulsive buying memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Bagi akademisi, penting dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan multidisipliner dan populasi yang lebih beragam, termasuk eksplorasi faktor mediasi atau moderasi seperti kontrol diri atau norma budaya. Praktisi di bidang digital payment dan e-commerce perlu merancang sistem yang seimbang antara efisiensi dan kontrol, serta menerapkan kampanye pemasaran yang lebih etis untuk mencegah manipulasi perilaku konsumen. Sementara itu, masyarakat sebagai pengguna teknologi diharapkan meningkatkan literasi keuangan, membangun kontrol diri, serta bersikap lebih selektif terhadap pengaruh sosial dan konten digital agar terhindar dari perilaku konsumtif yang merugikan.

Kata Kunci: Pembayaran Elektronik, Social Influence, Emosi Positif, Impulsive Buying, Mahasiswa Universitas Siliwangi