GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS DAN INDIKATOR SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) DI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2020 – 2024

Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) merupakan alat utama untuk mendeteksi kasus poliomyelitis secara dini dan memastikan status bebas polio tetap terjaga. Meskipun Indonesia telah bebas polio sejak 2014, kasus AFP non-polio tetap muncul dan perlu dianalisis dari aspek epidemiologi dan pelaksanaan surveilansnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan epidemiologi kasus serta pelaksanaan surveilans AFP di Kabupaten Tasikmalaya periode 2020 – 2024. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan data sekunder dari laporan surveilans AFP Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. Analisis dilakukan terhadap data kasus AFP dan indikator surveilans berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan RI. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas kasus terjadi pada anak usia <5 tahun, lebih banyak dialami oleh laki-laki, dan sebagian besar telah menerima imunisasi polio sebanyak empat kali. Kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Leuwisari, dengan puncak kasus terjadi pada Agustus 2024. Seluruh kasus diklasifikasikan sebagai bukan polio. Tujuh indikator telah mencapai target nasional, yaitu AFP rate dan non-polio AFP rate (rata-rata 4,7 per 100.000 penduduk <15 tahun), kelengkapan dan ketepatan laporan (100%), spesimen adekuat (82,2%), serta ketepatan hasil laboratorium ≤14 hari (100%). Namun, dua indikator belum tercapai, yakni kunjungan ulang 60 hari (rata-rata 75%) dan pengiriman spesimen ≤3 hari (rata-rata 55,3%). Secara umum, kasus AFP di Kabupaten Tasikmalaya merupakan AFP non-polio. Oleh karena itu, petugas diharapkan tidak hanya menjaga cakupan imunisasi polio, tetapi juga memperkuat upaya promotif dan preventif terhadap penyebab AFP non-polio.

Kata kunci: Epidemiologi; Eradikasi polio; Surveilans AFP; Kabupaten Tasikmalaya