DETEKSI GAGAL LAHAN DAERAH IRIGASI CIMULU MENGGUNAKAN METODE RISIKO GAGAL LAHAN DAN METODE SIMPLEKS

SALSABILA, ULYA AHDA (2023) DETEKSI GAGAL LAHAN DAERAH IRIGASI CIMULU MENGGUNAKAN METODE RISIKO GAGAL LAHAN DAN METODE SIMPLEKS. Sarjana thesis, Universitas Siliwangi.

[img] Text
1. COVER.pdf

Download (43kB)
[img] Text
2. LEMBAR PENGESAHAN.pdf

Download (86kB)
[img] Text
3. LEMBAR PERNYATAAN.pdf

Download (63kB)
[img] Text
4. ABSTRAK.pdf

Download (72kB)
[img] Text
5. KATA PENGANTAR.pdf

Download (64kB)
[img] Text
6. DAFTAR ISI.pdf

Download (46kB)
[img] Text
7. DAFTAR TABEL.pdf

Download (37kB)
[img] Text
8. DAFTAR GAMBAR.pdf

Download (35kB)
[img] Text
9. BAB 1.pdf

Download (21kB)
[img] Text
10. BAB 2.pdf

Download (513kB)
[img] Text
11. BAB 3.pdf

Download (358kB)
[img] Text
12. BAB 4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)
[img] Text
13. BAB 5.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (71kB)
[img] Text
14. DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (133kB)
[img] Text
15. LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Kekeringan yang terjadi pada daerah Irigasi Cimulu terjadi sekitar 19,63% atau 303,5 ha dari keseluruhan luas lahan 1546,2 ha. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan gagal lahan atau gagal panen yang berpengaruh pada keuntungan yang akan diterima oleh para petani. Daerah Irigasi cimulu mengalami perubahan tata guna lahan sehingga luas lahan potensial berkurang menjadi 1032,48 ha. Dengan adanya potensi gagal panen tersebut maka perlu di deteksi mengenai risiko gagal lahan dari kedua luasan daerah irigasi tersebut. Penelitian ini diawali dengan analisis hidrologi, klimatologi, dan pembangkitan data debit menggunakan metode Thomas fiering yang selanjutnya dilakukan uji validitas. Hasil analisis didapat nilai NSE sebesar 0,62 (data qualified). Data tersebut digunakan untuk menghasilkan luas lahan optimum menggunakan metode simpleks dan metode risiko gagal lahan (RGL). Selanjutnya dihitung luas lahan gagal berdasarkan luas lahan optimum tersebut. Hasil yang diperoleh ialah gagal lahan terbesar terjadi pada kondisi luas lahan 1546,2 ha Q80eksisting yaitu sebesar 41,2% atau 1911,08 ha (Okt-2) dalam periode satu tahun berdasarkan metode simpleks dan 6,86% atau 318,2 ha (Jun-2) berdasarkan metode RGL. Dan untuk presentase gagal lahan terkecil ada pada kondisi luas lahan potensial 1032,48 ha Q80bangkitan dengan presentase 19,15% atau 593,16 ha pada periode Jun-2 menggunakan metode simpleks dan 0% menggunakan metode RGL. Kondisi optimum terjadi saat kondisi gagal lahan tidak terjadi dan menghasilkan keuntungan maksimum. Pada kondisi luas lahan 1546,2 ha, skenario paling optimum ialah awal tanam Nov-1, pola tanam RTTG (padi-padi�palawija) dengan presentase gagal lahan 0% dan keuntungan Rp 71.114.376.600. Sedangkan untuk kondisi luas lahan potensial 1032,48 ha, skenario optimum terjadi pada Nov-1, pola tanam eksisting (padi-padi-padi) dengan presentase gagal lahan 0% dan keuntungan Rp 64.214.577.360. Kata Kunci: Gagal Lahan, Keuntungan, Luas Lahan, Pola dan Jadwal Tanam.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Subjects: T Technology > T Technology (General)
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Sipil
Depositing User: Rema Puri Irma Sri Katon
Date Deposited: 01 Sep 2023 01:59
Last Modified: 01 Sep 2023 01:59
URI: http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/10862

Actions (login required)

View Item View Item